Alasan Orang Berbohong dan 4 Kelompok Kebohongan


Berbohong merupakan prilaku yang negatif. Meskipun begitu, hampir setiap orang pernah melakukannya. Umumnya manusia mulai berbohong sejak umur 3 atau empat tahun.

Dalam periode tersebut, otak manusia mulai berkembang. Kita baru mengetahui bahwa ada cara yang serbaguna. Melalui cara itu, kita bisa bermain dengan kenyataan, dan bahkan bisa mempengaruhi seseorang melalui omongan secara langsung.

Dalam kondisi tertentu, prilaku ini bisa dikategorikan sebagai penyakit kebohongan. Mereka yang mengalami gangguan seperti itu, tidak bisa berhenti memberikan informasi salah terkait dirinya, ataupun tentang orang lain.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Robert S. Feldman di tahun 2002 (dari Fakultas Psikologi Universitas Massachusetts), menunjukan bahwa kebohongan sering dilakukan dalam percakapan sehari-hari. Kebanyakan dari mereka, berbohong karena ingin terlihat menyenangkan dan kompeten pada berbagai hal.

Dalam pengamatannya, ia melakukan observasi terhadap 121 pasang orang yang disuruh saling mengobrol. Di akhir sesi, mereka harus mengidentifikasi percakapannya yang direkam saat mereka berbincang. Dan hasilnya, Feldman menemukan bahwa seseorang sangat mudah berbohong saat mengobrol.

Dalam obrolan sepanjang 10 menit, setidaknya 60% orang dewasa melakukan 1 sampai 3 kali kebohongan. Partisipan pria cenderung berbohong agar dirinya terlihat menarik. Sedangkan yang perempuan, lebih condong berbicara bohong agar lawan bicaranya merasa nyaman saat berbincang dengannya.

Seorang psikolog klinis beranama David J. Ley, menjelaskan bahwa terdapat 6 faktor yang memotivasi seseorang untuk berkata bohong.

  1. Menganggap bahwa kebohongan ialah hal penting.
  2. Untuk mengendalikan sesuatu dan mengharapkan reaksi yang diinginkan.
  3. Agar lawan bicara merasa nyaman. 
  4. Demi menutupi kebohongan yang pernah dibuat.
  5. Tidak sengaja berbohong, hal ini dikarenakan ingatannya bercampur dalam berbagai memori yang begitu kompleks. 
  6. Berharap agar kebohongannya bisa menjadi nyata dengan membicarakannya berulang-ulang.


Menurut Paul Ekman sebagai pakar psikolog ekspresi wajah, kebohongan merupakan karakteristik di dalam kehidupan. Berdasarkan keahliannya, ia membagi kebohongan menjadi 4 kelompok.

1. Kebohongan kecil (little white liars)

Golongan kebohongan ini merupakan yang paling umum. Bagi yang melakukannya, kebohongan kecil dilakukan hanya untuk mempermudah sesuatu yang dihadapinya. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sangat lazim menemukannya. Kebohongan seperti ini umumnya tidak berbahaya.

2. Pembohong hipokrit (dissembler)

Pada kelompok ini, ia biasanya akan berpura-pura percaya terhadap opini orang lain hanya untuk menghindari hal yang tidak diinginkan dan berusaha memberi kesan supel.

3. Pembohong kompulsif

Dalam kelompok ini, seseorang sudah merasa terbiasa dengan melakukan kebohongan. Biasanya mereka berbohong karena merasa tidak nyaman dengan dirinya sendiri, sehingga ia berbohong agar terlihat lebih baik dari orang lain. Kebohongan ini bisa tak berujung, dan karena terbiasa melakukannya, ia menjadi tak punya kendali terhadap kebohongan yang dibuatnya.

4. Pembohong patologis

Pada karakteristik ini, seseorang terlihat lebih dingin dan penuh perhitungan. Kebohongan ini dilakukan untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Kelompok pembohong seperti ini terbilang cukup berbahaya. Ia sejak awal memang sudah niat untuk melakukannya. Contohnya seperti mengaku lajang saat baru berkenalan, padahal sebenarnya ia telah memiliki pasangan.

Kelompok pembohong seperti ini bisa terbilang sebagai gangguan mental, dan mengadopsi sifat psikopat yang kurang merasakan empati terhadap orang lain.


Tidak ada komentar untuk "Alasan Orang Berbohong dan 4 Kelompok Kebohongan"