Sering Merasa Kesepian Bisa Jadi Pemicu Gejala Maladaptive Daydreaming

Semua orang pada umumnya akan berkhayal dalam kondisi tertentu, hal itu sangatlah wajar apabila dilakukan tidak secara berlebihan. Namun jika hal tersebut justru dilakukan begitu sering, gejala seperti itulah yang disebut Maladaptive Daydreaming (MD).
Ilustrasi
Dalam ilmu perkembangan prilaku dan pikiran, MD dinyatakan sebagai suatu kondisi disaat seseorang terlalu sering membayangkan sesuatu sehingga dapat mempengaruhi dirinya sendiri dengan pikiran negatif, dan hal yang paling buruk pengidap MD akan merasa bahwa khayalannya merupakan bagian dari kebiasaan.

MD juga bisa didefinisikan sebagai aktivitas fantasi alam bawah sadar menggantikan interaksi nyata manusia dan dapat mengganggu sistem academic, interpersonal atau vocational functioning. Seseorang yang mengidap gangguan MD akan menghabiskan waktu berjam-jam dalam lamunan yang sangat terstruktur dan sangat aneh, sering disertai dengan gerakan stereotip, menghambat fungsi dan partisipasi kehidupannya sehari-hari.

Pengidap MD pada dasarnya merasa candu dengan apa yang ia bayangkan. Ia dapat merekayasa sebuah cerita yang membuat dirinya nyaman berada di dalamnya, mencipta sosok imajiner hasil rekaannya sendiri. Terkadang dalam momen tertentu ia bisa menangis, tertawa, berlarian mengikuti daya khayalnya dan bahkan berbicara sendiri pada saat melamun.

Banyak penelitian saat ini membahas kegiatan kognitif yang didasari dengan mempelajari "default mode network activation patterns" (daerah otak yang aktif ketika individu tidak terfokus pada alam nyata). Hal tersebut mempelajari gerakan mata dan dimensi pupil selama mengkhayal, serta kegagalan kontrol kognitif dan efek merusak pada kinerja akademik dan suasana mood.

Sebelumnya hal tersebut juga dipelajari sebagai fenomena neuropsikologi; melamun dibutuhkan untuk implikasi klinis. Secara historis, lamunan yang dipahami sebagai upaya untuk meredakan konflik (Freud, 1908, 1962). Pada saat melamun biasanya orang akan mencampur antara keinginannya dengan standar sosial lingkungan sekitarnya.

Seorang Psikolog asal Israel yang bernama Eli Somer pernah menjabarkan tentang MD dalam bukunya yang berjudul Journal of Contemporary Psychotherapy,  yang membahas Maladaptive Daydreaming: A Qualitative Inquiry. Ia melakukan penelitian terhadap enam pasien MD, ia menyimpulkan bahwa penyebab MD dikarenakan trauma masa kecil. Tapi pernyataannya banyak yang tak sepakat, karena beberapa individu ada yang tak memiliki trauma masa kecil. Umumnya pengidap MD menderita depresi atau merasa kesepian.

Awal gejala MD berkemungkinan datang pada saat puberitas, hal itu dikarenakan adanya Perubahan pada kematangan fisik yang meliputi perubahan tubuh dan hormonal. Kematangan seksual dapat dikategorikan kondisi biologis, namun berefek pada penentuan sikap, yaitu faktor psikis terhadap pandangannya terhadap dirinya sendiri. Beberapa remaja saat masa puberitas sering merasa dirinya sendirian, mengunci diri di kamar, menutup mata, berbaring, mendengarkan musik sambil melamun. Mereka bisa melamunkan apa saja tergantung mood.

Psikologi modern mberpendapat bahwa ketika pikiran Anda sedang berimajinasi, itu tanda dari proses kreatif, yang berarti Anda benar-benar memberi waktu untuk  melatih pikiran Anda. Namun ada baiknya Anda mengatur intensitasnya agar tidak menjadi hal yang bersifat adiktif. Jika merasa kesepian, mulailah berinteraksi di lingkungan sosial Anda, atau melakukan kegiatan positif seperti berolahraga ataupun melakukan kegiatan hobi yang digemari..

Tidak ada komentar untuk "Sering Merasa Kesepian Bisa Jadi Pemicu Gejala Maladaptive Daydreaming"