Mengapa Banyak yang Percaya TEORI KONSPIRASI?

Teori konspirasi memang sangat menarik untuk diikuti. Meskipun beberapa penjabarannya masih bersifat hipotesis, tapi teori konspirasi cukup banyak diminati oleh berbagai elemen masyarakat. Mulai dari para remaja, hingga sampai orang dewasa.

Menurut Oxford Learner's Dictionaries, teori konspirasi diartikan sebagai keyakinan terhadap suatu kejadian atau gejala yang timbul, merupakan hasil persekongkolan dari organisasi rahasia yang memiliki kekuatan dan memiliki kepentingan tertentu.

Definisi Teori Konspirasi pun pernah diterangkan oleh P. Orman Ray melalui tayangan American Historical Review di tahun 1909. Sebelumnya, istilah teori konspirasi juga pernah ada dalam jurnal Psycology News di era 1870-an.

Lalu, bagaimana ilmu pengetahuan menanggapi fenomena seperti ini? Dalam sebuah seminar, seorang political scientiest bernama Joseph Uscinski, mengatakan bahwa "teori konspirasi merupakan cara dari mereka yang lemah untuk bertahan dan sekaligus menyerang kelompok yang dianggap memiliki power".

Selain itu, ada beberapa faktor tertentu yang memiliki relevansi terhadap seseorang yang meyakini adanya teori konspirasi.

Faktor Epistemik

Mempelajari ilmu pengetahuan memang agak rumit untuk dimengerti oleh banyak orang, butuh pemahaman dan konsistensi yang panjang untuk mempelajarinya.

Pada saat seseorang mendapatkan pernyataan yang berbeda dan terdengar simpel, akan dianggapnya sebagai seseuatu yang masuk akal. Dia yang cenderung percaya teori konspirasi, selalu berusaha menyambungkan setiap titik dari apa ia yakini, meskipun sumber dan data yang ia dapat tidaklah jelas.

Hal itu bisa terjadi, karena sejak awal ia sudah merasa yakin akan adanya sesuatu yang disembunyikan dari pandangan publik. Faktor ini juga terpengaruh pada tingkat literasi dan ke arah mana ia sering memandang sebuah peristiwa.

Faktor eksistensi

Setiap orang tentunya memiliki zona nyamannya masing-masing. Namun pada saat eksistensinya merasa terancam, otak tentunya akan mencoba mencari cara yang mudah untuk keluar dari sesuatu yang dianggapnya kacau. Ketidak-mauannya untuk introspeksi diri, justru akan membuat dia terus mencari pembenaran dan menyalahkan kekuatan yang tak terlihat.

Adanya teori konspirasi, membuat ia merasa seperti mendapatkan obat emosional, atau support system untuk diri sendiri. Para penganut teori konspirasi meyakini bahwa ada tanda-tanda dari kelompok tertentu yang mengarahkan dunia menuju kekacauan.

Faktor sosial

Dalam ranah yang lebih luas, faktor sosial memiliki andil dalam tersebarnya teori konspirasi. Para penganut garis kerasnya, lebih mengarah pada pola narsisme kolektif, yaitu sebuah keyakinan bahwa kelompok sosialnya lebih baik diantara yang lainnya.

Dalam faktor sosial ini pun, banyak orang yang ingin terlihat tampil beda agar dianggap berani melawan arus. Dari ambisinya tersebut, memunculkan bias kognitif yang terbangun atas rumusan pandangannya terhadap suatu isu hanya berdasarkan keyakinannya sendiri.

Mereka kerap mencari informasi yang meiliki arah yang sama dan selalu menutup mata terhadap informasi yang berseberangan.

Tidak ada yang salah kalau kita percaya teori konspirasi. Tak bisa dipungkiri, disekitaran kita pun mungkin bisa saja ada persekongkolan.

Bicara tentang berbagai teori konspirasi memang menyenangkan. Kita bisa bebas berpikir tentang isu apa saja. Namun biar bagaimanapun, selama hipotesis tersebut belum bisa dibuktikan dengan data dan bukti empiris, cukup nikmati saja teori konspirasi untuk mengisi obrolan di warung kopi.

Tidak ada komentar untuk "Mengapa Banyak yang Percaya TEORI KONSPIRASI?"