Dibalik Bisnis Berita Hoax Demi Meraup Keuntungan


Pernahkah Anda menyebarkan sebuah berita yang tak pernah Anda pertanyakan keabsahannya? Kalau pernah, mungkin Anda salah satu alasan mengapa berita hoax saat ini bisa menyebar bebas. Tahukah Anda bahwa tidak ada ajaran agama manapun yang mengajarkan kebohongan? Lebih baik katakan apa adanya walaupun menyakitkan daripada harus berbohong hanya untuk kepentingan sendiri atau golongan saja.

Satu kebohongan butuh kebohongan lainnya untuk menguatkan, tak akan ada habisnya.
Belakangan ini memang banyak sekali portal berita online, Ketua Dewan Pers Yosep Adi Prasetyo mengatakan, dari 43.400an situs berita online, hanya 234 media yang terdaftar secara resmi di Dewan Pers mengikuti UU Pers yang ada. Dan harus digaris bawahi bahwa Situs kami ini hanyalah web blog, bukan portal berita online.

Kondisi seperti ini sangat membahayakan demokrasi, kebebasan berpendapat memang dasar dari demokrasi, namun berbohong dalam berpendapat bukanlah bagian dari demokrasi. Dari beberapa situs berita online yang ada, cukup banyak yang justru hanya membuat berita berdasarkan keinginan dan pesanan. Belum lagi postingan-postingan menyesatkan yang ada di media sosial, tak pernah diketahui bersumber darimana datanya. Perang berita seperti ini bisa juga disebut sebagai bentuk Cyber War

Sebagian besar pembuat hoax hanya mencari keuntungan semata, ada yang di pesan, ada pula yang mencari pendapatan dari program afiliasi.Yang paling banyak itu mengikuti program afiliasi Ads (iklan) dengan metode Pay Per Click (PPC). Dalam blog ini juga demikian, namun beda metode.

Perlu Anda ketahui bahwa setiap orang bisa membuat portal berita online, hanya bermodal hosting dan subdomain yang gratis pun sudah bisa. Atau kalau mau terlihat alamat websitenya seperti website yang kredibel, Anda butuh sewa domain .com, .net, co.id, .id atau sejenisnya. Harga sewa domainnya pun sekitar Rp. 100.000an, dan kalau mau sekalian sewa hosting pun juga ada, harganya variatif.

Kalau sudah  memiliki domain dan hosting, si pembuat hoax hanya butuh ambil kutipan wawancara yang telah disajikan dari media kredibel yang punya tim editor, itupun yang sesuai pesanan saja. Setelahnya, yang dibutuhkan adalah kemampuan mengarang bebas sesuai keinginan seperti yang diajarkan saat Sekolah Dasar, dan tak lupa dengan imajinasi liar sebagai bumbu provokasi. Sebelum disebarkan, mereka pasti memilih judul yang menakjubkan untuk menarik perhatian.

Perlu Anda ingat, penyebar hoax tidak bekerja sendirian, mereka berkelompok. Satu sama lain punya peranan, ada yang tugasnya hanya menyebarkan, dan ada juga yang bertindak sebagai penulis saja. Yang menyebar di media sosial pun akunnya banyak, satu sama lain akunnya saling mem-back up. Dari banyaknya akun, tak menutup kemungkinan mereka membuat jasa perbanyak jumlah follower Twitter, Instagram, maupun Fanpage (halaman) Facebook.

Ironisnya, dari beberapa situs pembuat berita hoax menggunakan nama-nama yang bernuansa agama, dan mengaikannya ke dalam agama, meskipun sebenarnya tak ada sangkut-pautnya, tapi mereka sengaja mencocok-cocokan. Ada juga memang situs bernuansa agama yang tidak menyebarkan hoax dan sesuai dengan kaidah keagamaan, yang seperti ini justru kurang laku, bisnis berita hoax malah digemari.. Mengapa? Karena seseorang merasa tergerak jika ada suatu berita yang sepemikiran, entah itu bohong dan menyesatkan, yang penting rasa bencinya tersalurkan. Terlebih banyak orang yang hanya membaca berita dari judulnya saja yang provokatif, tapi isinya tak dibaca. Lagi-lagi, yang penting kebenciannya tersalurkan.
 Issue SARA memang sangat laku untuk dijual, yang difokuskan hanya hal itu-itu saja, tujuannya adalah viewer situsnya. Anda pernah melihat ada situs yang mengajak join untuk beriklan di situsnya? Situs berita yang kredibel memang banyak yang melakukannya, tapi bagi yang non-kredibel itu adalah peluang bisnis yang menguntungkan dari memiliki website.

Sebelum memasang iklan perorangan/kelompok, biasanya calon advertiser akan mengecek harga harga url site nya. Semakin besar harga jualnya, berarti situs itu punya banyak visitor, dan kemungkinan iklannya pun dapat terlihat banyak orang. Ada banyak situs yang fungsinya untuk mengecek harga jual website, salah satunya adalah urlrate.com.

Dari penjabaran kami diatas, ini bukanlah untuk memotivasi Anda untuk membuat berita hoax, melainkan agar Anda tetap kritis dan mau kroscek sebelum menyebarkan sebuah berita. Jangan mau dijadikan pion penyebar hoax, mereka yang mendapat keuntungan, masa Anda yang menanggung kebodohannya. Tak ada yang salah mencari uang dengan cara menulis di website, namun jangan lah membodohi orang dengan khayalannya, apalagi tujuan utamanya cuma mencari keuntungan semata.

Bukankah lebih baik diam saat tidak tahu daripada asal bicara tapi tidak sesuai realita. Kebohongan tetaplah kebohongan, meskipun  seribu kali diberitakan, tak bisa dianggap sebagai kebenaran. Dan kebenaran tetaplah kebenaran meskipun sedikit yang mempercayainya.


Referensi: Kompas.com

Tidak ada komentar untuk "Dibalik Bisnis Berita Hoax Demi Meraup Keuntungan"