Sejarah Candi Borobudur, Magelang

Foto pertama Borobudur karya Isidore van Kinsbergen (1873) setelah monumen ini dibersihkan dari tanaman yang tumbuh pada tubuh candi. Bendera Belanda tampak pada stupa utama candi (Dok. IdWikiSpace)

Candi Borobudur merupakan situs candi yang memiliki relief Budha terlengkap dan terbanyak di dunia. Candi tersebut dikenal sebagai situs peninggalan dari peradaban agama Budha pada masa jayanya didaerah tersebut.

Monumen bersejarah ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasanya terdapat tiga pelataran melingkar, pada bagian dindingnya dihiasi 2.672 panel relief , dan pada awalnya bangunan tersebut memiliki 504 arca Budha.

Stupa utama yang paling besar terletak di bagian tengah sekaligus memahkotai bangunan ini. dikelilingi tiga barisan melingkar dari 72 stupa yang berlubang yang di dalamnya terdapat archa Budha sedang duduki bersila dengan bentuk posisi teratai sempurna mudra (sikap tangan) Dharmachakra Mudra atau yang dikenal sebagai memutar roda dharma. Diperkirakan Borobudur dibangun sekitar tahun 800 masehi, dan menghabiskan waktu sekitar 75 - 100 tahun lebih untuk membangunnya

Menurut beberapa bukti-bukti pada sejarah, Borobudur mulai ditinggalkan pada abad ke-14 seiring melemahnya pengaruh kerajaan Hindu dan Buddha di pulau Jawa serta mulai masuknya pengaruh peradaban Islam. Pada tahun 1814, Thomas Stamford Raffles "menemukan" kembali situs kuno tersebut. Sejak saat itu Borobudur telah mengalami serangkaian upaya penyelamatan dan pemugaran. Proyek pemugaran terbesar digelar pada kurun 1975 hingga 1982 atas upaya Pemerintah Republik Indonesia dan UNESCO, kemudian situs bersejarah ini masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia.

Nama Borobudur ditulis pertama kali pada buku Sejarah Pulau Jawa karya Sir Thomas Raffles, ia adalah seorang Gubernur-Jendral Hindia-Belanda terbesar yang berkewarganegaraan Inggris, dalam bukunya ia menamai monumen tersebut dengan istilah Borobudur. Nama tersebut merujuk dari sebuah nama desa terdekat dengan monumen tersebut, yaitu bernama desa Bore (Boro).

Pada umumnya nama candi yang ditemukan diberi nama sesuai dengan nama desanya. Raffles menduga bahwa istilah Budur berkaitan dengan istilah Budha Jawa yang bermakna "Purba", jika digabungkan menjadi Boro Purba. Arkeolog lain beranggapan bahwa nama Budur berasal dari istilah Budhara yang berarti "Gunung". Banyak juga teori-teori yang mengemukakan darimana istilah Borobudur itu diambil.

Lukisan karya G.B. Hooijer (dibuat kurun 1916—1919) merekonstruksi suasana di Borobudur pada masa jayanya (Dok. IdWikiSpace)
Borobudur dibangun diatas bukit dengan ketinggian 265m (869 kaki) dari permukaan laut, dan 15m (49 kaki) dari permukaan Danau Purba. seorang seniman dan pakar arsitektur Hindu Buddha, W.O.J. Nieuwenkamp, mengajukan teori bahwa Dataran Kedu dulunya adalah sebuah danau, dan Borobudur dibangun melambangkan bunga teratai yang mengapung di atas permukaan danau. Akan tetapi teori tersebut dibantah oleh para arkeolog lainnya, pada daratan di sekitar monumen ini telah ditemukan bukti-bukti arkeologi yang membuktikan bahwa kawasan sekitar Borobudur pada masa pembangunan candi ini adalah daratan kering, bukan dasar dari danau purba.

Situs monumen bersejarah ini terletak di Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang, Yogyakarta, Provinsi Jawa tengah. Gambar Borobudurr kini sudah menjadi lambang dari provinsi Jawa Tengah, dan nama Borobudur dipakai oleh beberapa institusi ataupun badan usaha. Semoga situs bersejarah ini selalu terjaga kelestariannya dan terhindar dari para vandalis. 

Tidak ada komentar untuk "Sejarah Candi Borobudur, Magelang"