ROCKABILLY Dijadikan Trend Baru di Indonesia

Pic by: Rockabilly Nation
Beberapa tahun ke belakang, komunitas pecinta Rockabilly ataupun sebuah budaya yang biasa disebut Greaser ini semakin menjamur di Indonesia. Di era sebelumnya mungkin hanya kalangan tertentu saja yang mengenalnya. Rockabilly sama halnya seperti scena musik dan komunitas non-mainstream lainnya yang lebih mengedepankan sisi perlawanan terhadap standar pupuler dimasa tertentu.

Rockabilly terlahir pada era'50-an di Amerika yang dimulai saat munculnya Elvis Presley, tapi masa itu tidak berlangsung lama. Awalnya pelaku Rockabilly sendiri tidak menggunakan istilah itu, sampai saat salah satu majalah yang terbit pada Juni 1956 menggunakan istilah "Rockabilly", kurang jelas asal-usulnya, kemungkinan besar itu menggabungkan istilah “Hillbilly Rock-n-Roll”. Pada saat '70-an, Rockabilly mengalami kebangkitan yang dimotori oleh band Stray Cats. Musik-musik Rockabilly merupakan gabungan yang diambil dari musik Rock 'N' Roll awal (dari kulit putih), Blues dan Country.

Greaser yang kerap dianggap sebagai sub-kultur anak muda kelas pekerja yang merupakan budaya tandingan dari budaya dominan yang dipelihara oleh kapitalis. Bicara Greaser tak lepas dengan istilah Kustom-Kulture, penggunaan istilah Kustom-Kulture dipopulerkan oleh George Barris yang pada saat itu memperkenalkan karya-karyanya melalui memodifikasi mobil, perubahan C menjadi K adalah salah satu cara mempresentasikan karyanya dengan identitas dirinya sebagai warga Yunani.

Para Greaser menggunakan istilah itu karena memang banyak dari mereka yang gemar otomotif dan memodifikasi mobil tua. Bukan hanya itu, meraka juga mengekspresikan dirinya melaui mural, fashion (untuk yang wanita lebih dikenal dengan Pin Up Girl), bahkan gaya rambut klimis yang berjambul. Skena Rockabilly terkadang terlihat seperti figur White Trash, dengan streotype mengenakan singlet, bertato, pecandu alkohol, dan penyuka kendaraan-kendaraan tua.

Pin Up Girl, IGP 2015 at Plaza Barat, Senayan (Dok. Kikipea)

Musik tak pernah lekang oleh zaman, setiap perlawanan bisa dituangkan dalam medium apapun, termasuk kreasi seni musik. Jika menoleh kebelakang, musik bisa dianggap sebagai ancaman bagi rezim pemerintahan terdahulu. Di masa Orde Lama, Koes Bersaudara yang mengubah nama menjadi KOESPLUS pernah dipenjarakan oleh sang proklamator tanpa pengadilan hanya karena menyanyikan lagu The Beatles.
"Mereka adalah penyakit moral" ungkap Soekarno pada saat waancara di stasiun tv AS CBS di Istana tahun 1965. Dan dipertegas pada saat Soekarno berpidato disaat memperngati hari proklamasi pada saat 17 Agustus 1959: “Dan engkau, hei pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi; engkau jang tentunja anti-imprialisme ekonomi, engkau jang menentang imprialisme politik; kenapa di kalangan engkau banjak jang tidak menentang imprialisme kebudajaan? Kenapa di kalangan engkau banjak jang masih rock ‘n roll - rock‘n rollan, dansi-dansian ala cha-cha-cha, musik-musikan ala ngak-ngik-ngok, gila-gilaan, dan lain-lain sebagainja lagi? Kenapa di kalangan engkau banjak jang gemar membatja tulisan-tulisan dari luaran, jang njata itu adalah imprialisme kebudajaan?”.


Kebijakan itu lebih berbau politis yang kala itu ia sedang geram dengan Inggris yang membentuk negara federasi Malaysia, baginya negri tetangga adalah proyek kolonialisme yang mengancam Indonesia, andai The Beatles bukan dari Inggris mungkin sikapnya akan berbeda. Belum lagi pada era Orde Baru, Bang Iwan Fals harus sering bolak-balik berurusan dengan polisi karena lagu-lagunya yang terlalu fulgar mengkritik pemerintahan masa itu.

Rockabilly mempunyai beberapa simbol, dan itu bukan dibuat tanpa makna, setiap simbol-simbol yang ada mempunyai pesan tersendiri. Simbol-simbol judi kerap terlihat pada gambar-gambar bernuansa Rockabilly, seperti dadu, kartu remi, eight ball yang lebih melambangkan hidup ini adalah permainan, kamu akan menemukan jalan untuk menang kalau saja tahu cara memainkannya. Objek burung walet melambangkan kesetiaan dan cinta sejati, jantung/hati yang terusuk belati menggambarkan perasaan yang kerap patah hati.

Beberapa lagu dari pelaku Rockabilly memang lebih sering terdengar tentang patah hati, memang bisa terlihat cengeng tapi punya pesan yang mendalam dan yang pasti jujur, cengengnya beda dari lirik-lirik lagu tipikal band pop Indonesia peliharaan kapitalis, kalau mereka memang sangaja dibuat seperti itu atas dasar tuntutan pasar yang mendayu-mendayu, simpelnya sih biar laku. Ada pula lirik-lirik band Rockabilly tentang penyesalannya pada kenakalan dimasa lalu, tapi tidak diartikan sebagai kebanggaan, masa salah saja bangga, tapi jika lirik itu didengar oleh kalangan yang "dangkal", justru malah digunakan sebagai pembenaran melakukan kesalahan.

Bendera Kontroversial
Disetiap perhelatan Rockabilly ada Bendera yang sering dikibarkan , bendera tersebut bisa dianggap Rasisme, itu tergantung darimana memandangnya. Motif asli bendera itu bernama "Confederate Flag". Adalah bendera Amerika Selatan yang dulu pernah terpecah karena perang saudara, bendera itu dianggap sebagai dominasi White Power, tapi saat ini kerap dipakai kaum muda untuk melambangkan pemberontakan dari standar sosial.

Memang saat ini perjuangan kaum Greaser, Punk Rocker, Rastafarian, Rude Boy, Skin Head dan lainnya sudah terkontaminasi oleh trend semu, mereka "menelanjangi" substansi yang sebenarnya, yaa hanya demi mengejar eksistensi. Trend dan gaya hidup bisa "in and out", pecinta sejati tak pernah mati tergerus zaman, semesta menyeleksi siapa yang hanya ikut-ikutan dan mana yang tidak.

Tidak ada komentar untuk "ROCKABILLY Dijadikan Trend Baru di Indonesia"