Asal-usul Zodiak Dan Mengapa Masih Banyak yang Percaya Ramalan Bintang?


Saat majalah remaja sedang berada dalam puncaknya, rubrik horoscope atau dikenal juga dengan zodiak, banyak diminati oleh muda-mudi. Halaman tersebut biasanya berisi tentang ramalan yang meliputi keuangan, asmara, hingga keberuntungan. Para pembaca merasa kehidupannya memiliki relasi terhadap apa yang tertulis.

Meskipun zaman telah berganti, tetapi antusias untuk membaca ramalan bintang masih tetap digemari. Mulai dari sosial media sampai situs web, informasi seputar horoscope kini menjadi lebih mudah untuk diakses.

Sejarah zodiak

Jika dilihat dari segi historinya, pergerakan objek luar angkasa dianggap memiliki korelasi dengan watak manusia. Hal itu memang bukanlah sesuatu yang baru. Bangsa Babilonia mempercayai akan hal tersebut sejak ribuan tahun sebelum masehi.

Mereka mempelajarinya melalui Astrology, atau ilmu perbintangan. Dalam pemahamannya masyarakat Babilonia meyakini benda yang berada di langit, merupakan 'zat surgawi'. Benda-benda langit yang bergerak tersebut dikaitkan dengan sosok dewa-dewa.

Masyarakat Babilonia mengetahui adanya orbit pada pergerakan planet, bulan, dan matahari. Dari orbit tersebut dijadikan sebagai premis dalam pembagian 12 zodiak. Para Astrologer percaya bahwa pergerakan dari rasi bintang, akan memberi energi yang bisa berpengaruh pada watak dan nasib dari setiap pemilik zodiak.

Lalu bagaimana bisa zodiak masih tetap digemari hingga sampai saat ini? Jawaban simpelnya, dalam psikologi ada sebuah teori yang bernama Barnum Effect. Istilah Barnum Effect diambil dari nama seorang penggiat hiburan di Amerika Serikat, Phineas Taylor Barnum (P.T. Barnum)

Fenomena seperti ini biasa terjadi pada saat seseorang menerima informasi yang seakan-akan mereferensikan tentang dirinya, dan dianggap berasal dari prosedur penilaian kepribadian. Frasa tersebut terasa begitu spsesifik, namun sebenarnya bersifat umum. Proses penyampaiannya melibatkan formula bias kognitif yang sering disebut subjective validation (validasi subyektif).

Harapan dan ketidakpastian akan membangun intuisi psikologis dalam diri manusia. Celah itulah yang dimanfaatkan oleh para penggiat ramalan bintang. Sebagian orang cenderung mengaitkan berbagai hal yang bersifat umum menjadi ranah personal.

Secara sadar, kita juga sering membuang informasi yang bertentangan dengan hidup kita. Pada dasarnya, kita lebih terbiasa untuk menerima apa yang ingin kita terima. Oleh sebab itulah, efek barnum lebih maksimal jika ditulis dengan kalimat-kalimat positif.

Akan tetapi, sebagian generasi milenial menganggap bahwa membaca zodiak merupakan  metode alternatif untuk menurunkan tingkat stress. Efek Barnum menunjukan bahwa kita sering tertipu dan mudah menipu diri sendiri dengan berbagai pembenarannya.

Banyak penelitian yang telah dilakukan, namun astrologi dianggap bukanlah bagian dari ilmu pengetahuan. Beberapa ahli justru menyebut bahwa astrologi lebih mengarah pada seni, ataupun filsafat.


Tidak ada komentar untuk "Asal-usul Zodiak Dan Mengapa Masih Banyak yang Percaya Ramalan Bintang?"