Beda Persepsi Kaum Muda Dan Orang Tua Saat Memandang Cinta


Merasakan cinta dalam perspektif romantis, dipercaya bisa memperbaiki kondisi psikologi. Emosi intens yang tercipta, mampu meningkatkan energi, perasaan obsesif, serta euforia. Beberapa dari kita mungkin bisa sepakat dengan pernyataan "cinta tak memandang usia". Lalu bagaimana pendapatnya kalau usia yang memandang cinta?

Seorang profesor dari Universitas Haifa, bernama Aaron Ben-Ze'ev Ph.D. mengatakan bahwa tingkatan usia mempunyai pengaruh terhadap seseorang memandang cinta. Perspektif para muda-mudi dan orang tua, pastilah memiliki perbedaan yang signifikan, sama halnya saat mereka memaknai cinta.

Seiring bertambahnya usia, kapasitas fisik dan mental akan menurun secara bertahap, hal itu diikuti dengan menurunnya kebahagian yang didapat dari romantisme cinta.

Ketika umur terus bertambah, sedikit demi sedikit perspektifnya akan berubah saat mengartikan hidup, tak terkecuali saat memandang cinta. Meskipun selalu mencoba berpikir positif, namun ada juga orang tua yang depresi karena takut dangan perpisahan dan kematian.

Perubahan usia muda menjadi usia tua, membuat pergeseran dalam hubungan sosial. Dari pergeseran itulah yang menyebabkan perubahan pandangan dari yang awalnya kuantitas, menjadi kualitas.

Ben-Ze'ef menganggap cinta para kaula mudah sangatlah menarik, mereka sangat gembira dan begitu bergairah saat menjalani momen bersama, seolah-olah tidak ada hari esok. Akan tetapi, prilaku tersebut justru membuat pikiran mereka jadi tidak stabil dan kurang konsisten.

Kawula muda memang lebih banyak memiliki ide untuk mengungkapkan rasa cinta terhadap pasangan. Tapi bukan berarti orang tua menjadi tidak romantis, hanya saja mungkin penyampaiannya yang berbeda.

Mereka para orang tua, lebih cenderung mengartikan cinta sebagai kegembiraan, ketenangan, dan juga kedamaian. Sedangkan kaum muda, mengasosiasikan rasa cintanya secara emosional.

Tidak ada komentar untuk "Beda Persepsi Kaum Muda Dan Orang Tua Saat Memandang Cinta"