Pola Hidup Minimalisme Dapat Meningkatkan Rasa Kebahagian

Bahagia tak harus mewah
Apakah Anda memiliki kecenderungan untuk membeli barang-barang yang kekinian? Jika iya, mungkin Anda salah satu bagian dari Konsumerisme. Tahukah Anda bahwa kadang konsumerisme justru membuat hidup menjadi sulit untuk bahagia. Kecenderungan membeli barang yang tidak dibutuhkan dalam hidup, hanya membuat isi rumah kita seperti gudang hasil egosentris belaka. Sebagian orang menganggap belanja bisa menurunkan tingkat stres, namun sampai kapan hal tersebut dilakukan?

Pada saat hari raya menjelang, masyarakat kita terbiasa pulang ke kampung halamannya. Beberapa dari kita menganggap pulang kampung merupakan beban pencapaian. Memiliki barang-barang mewah dan kekinian dijadikan tolak ukur tingkat kesuksesan seseorang saat pulang ke kampung halaman.

Ditambah lagi ada pertanyaan-pertanyaan yang tidak penting dari kerabat seperti, apa sudah punya mobil? Apa merek jam tangannya? Apa punya ponsel model terbaru? Mereka menganggap semakin banyak benda yang dimiliki, semakin bahagia dan sukses hidupnya.

University of California, Los Angeles pada tahun 2012 melakukan riset terkait kepemilikan barang. Mereka menyatakan semakin banyak memiliki barang, semakin mahal biaya hidup dan perawatannya. Hal tersebut berefek pada kualitas hidup, baik secara fisik maupun mental.

Seorang pakar Niurosains bernama Sam Haris menyatakan bahwa manusia modern dibuat terobsesi dengan sebuah produk. Ketika sudah membeli, versi terbaru muncul, dan barang lamanya dianggap tak lagi berguna meskipun awalnya barang itu sangat diinginkan.

Hal itulah yang menjadi sumber ketidak bahagiaan. Pola pikirnya disetting untuk terus terlihat kekinian demi kebahagiaan semu. Apabila barang yang diinginkan tak terbeli, hidupnya akan merasa tidak lengkap.

Masyrakat di Jepang kini menerapkan pola hidup minimalistik. Minimalisme mengajarkan kita tentang hidup sederhana dan secukupnya. Beberapa dari mereka melakukan gaya hidup seperti itu bukan karena perekonomiannya dibawah garis normal.

Tapi mereka yakin bahwa dengan memiliki banyak benda akan membuat manusia menjadi tidak bahagia dan tidak bersyukur. Hidup itu bukanlah perkara mampu membeli barang atau tidak, melainkan apakah hidupmu bermanfaat atau tidak.

Sebuah film dokumenter karya Matt D Avella berjudul "Minimalism:  A Documentary About the Importent Things", memotret fenomena kehidupan minimalis justru membuat orang menjadi bahagia dan hidupnya bermanfaat pada lingkungan sekitar. Hidup berlebihan menjadikan kita tidak efektif, niatnya ingin memuaskan keinginan akan pengakuan dan pencitraan, akhirnya justru membawa kita pada fase depresi.

Mulai sekarang, cobalah untuk hidup minimalis. Belilah sesuatu yang Anda butuhkan, bukan yang Anda inginkan. Karena hidup yang paling menyedihkan adalah ketika Anda hanya mengejar sanjungan dari orang lain, tanpa memikirkan hal tersebut bermanfaat atau tidak.

Tidak ada komentar untuk "Pola Hidup Minimalisme Dapat Meningkatkan Rasa Kebahagian"